Wednesday, June 06, 2007

Sekali Lagi: Hanya Ada Satu Bumi

Sekali Lagi: Hanya Ada Satu Bumi

Memperingati Hari Lingkungan Hidup setiap tanggal 5 Juni seharusnya tidak bisa lagi dilakukan secara rutin dan biasa-biasa saja.

Hari Lingkungan Hidup kini sudah harus digunakan seefektif mungkin untuk mengingatkan masyarakat, bangsa, dan warga dunia akan nasib Sang Bumi yang tampak semakin berada di ujung tanduk. Tidak melebih-lebihkan kalau beberapa waktu lalu di harian ini dimuat sebuah reportase tentang kemungkinan umur Bumi tinggal satu abad.

Tentu yang dimaksud dengan "umur" di atas adalah batas keterhunian karena dalam ilmu astronomi ada lagi teori yang mengaitkan hal ini dengan teori evolusi bintang, yang menyebutkan umur Bumi yang dikaitkan dengan umur Matahari masih sekitar 4,5 miliar tahun lagi. Namun, dengan pemanasan global dan terus menurunnya kualitas lingkungan, sejumlah ilmuwan malah telah mulai menyebut kurun seabad ke depan sebagai one final century (abad kita yang terakhir).

Ketika akan berlangsung Konferensi Lingkungan Hidup PBB tahun 1972 di Stockholm, terbit sebuah buku yang penting, ditulis oleh Barbara Ward dan Rene Dubos, berjudul Only One Earth. Bagaimana kita memaknai fakta bahwa "Hanya Ada Satu Bumi"? Semestinyalah kita dengan penuh penghormatan memelihara lingkungannya, hutannya, sungainya, juga menghormati makhluk yang berbagi ruang hidup di Bumi yang satu ini.

Janganlah lupa, paham lingkungan hidup atau ekologi diturunkan dari kata Yunani "oikos", yang berarti "rumah" atau "tempat tinggal". Rumah akan menjadi nyaman atau tidak sepenuhnya terpulang kepada para penghuni. Semakin banyak penghuni akan semakin panaslah rumah, apalagi kalau para penghuni gemar menyulut api.

Melihat perkembangan aktivitas di Bumi, kegemaran "menyulut api" tentu simbolisasi aktivitas manusia baik dalam industri maupun kehidupan perorangan. Dari sejak industrialisasi mendapatkan momentum melalui epoh, seperti Revolusi Industri di pertengahan abad ke-19, manusia telah menyemburkan miliaran ton gas dan debu ke atmosfer, yang tak sepenuhnya bisa dibawa turun lagi ke permukaan Bumi.

Kerusakan lingkungan juga terjadi tidak saja di atmosfer, tetapi juga di laut dan di darat. Dalam konteks ini, sejumlah negara—yang sebenarnya besar andilnya dalam terjadinya pemanasan global—justru ditengarai tidak mau proaktif dalam upaya mengerem gejala dengan konsekuensi katastrofik ini. Jelas negara-negara ini tidak mau menerima realitas, mereka juga hidup dalam "Satu Bumi". Mungkin mereka mengira, mereka bisa selamat sendiri. Sungguh satu ilusi yang amat tragis.

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0706/05/opini/3574149.htm

Tuesday, June 05, 2007

Pemaduan Penanggulangan Bencana Dalam Program Pembangunan di Propinsi DIY (Pak Puji)


Pemaduan Penanggulangan Bencana Dalam Program Pembangunan di Propinsi DIY

Dipaparkan dalam Kesempatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Propinsi DIY
Yogyakarta, 23 April 2007

oleh Dr. Puji Pujiono, MSW
Pakar Kebijakan dan Perundang-Undangan Tentang Pengurangan Risiko Bencana UNDP
dan Anggota Tim Ahli Panitia Khusus RUU Penanggulangan Bencana DPR-RI.
Tulisan ini adalah pandangan pribadi dan tidak mewakili UNDP ataupun DPR RI


Yang kami hormati:
Bapak Gubernur Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta serta para Bupati dan Walikota
Bapak Kepala Dewan Perwakilan Rakyat Propinsi
Ibu / Bapak Kepala Dinas, lembaga, Instansi serta angkatan bersenjata
Ibu Bapak Perwakilan Lembaga-lembaga Non Pemeritntah
Para Peserta Musyawarah Perencanaan Pembangunan Propinsi

Assalaamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, dan sejahtera bagi kita semua.

Sungguh merupakan suatu kebahagiaan dan kehormatan bagi saya untuk berdiri dihadapan Ibu/Bapak sekalian di sidang yang terhormat ini di Yogyakarta lagi sesudah, tahun lalu, menjadi Koordinator Operasi Perserikatan Bangsa-Bangsa merespon peristiwa Gempa DIY-Jawatengah.

Pertama, Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang akan menghasilkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan pada gilirannya APBD 2008, adalah suatu kesempatan yang menentukan arah kedepan kehidupan masyarakat propinsi DIY.

Kedua, karena apa yang akan saya sampaikan mungkin akan berdampak positif terhadap kehidupan berjuta-juta warga propinsi DIY terutama dalam konteks bangkitnya kembali dari dampak bencana gempa raksasa tahun lalu, bukan hanya setataran sebelum bencana, melainkan lebih baik dan lebih cepat.

artikel lengkap di: http://hidupbersamabencana.wordpress.com/2007/06/05/puji-musrenbangjogja-230407/

Blog HIDUP BERSAMA RISIKO BENCANA

Kawan-kawan,

Pada hari libur panjang kemarin saya bikin sebuah blog utk pengurangan risiko bencana dan PB berbasis masyarakat. Rencananya blog ini akan menjadi blog komunitas, artinya suatu blog yg dikelola secara rame2 - siapa saja dapat terlibat utk berpartisipasi dlm blog ini asal mendaftarkan diri utk itu. Maksud mendaftarkan diri adalah agar saya sbg adminnya dpt memberi akses kepada pendaftar tsb. Bila ada di antara kawan2 yg tertarik silahkan kontak saya.

Nama blog ini adalah HIDUP BERSAMA RISIKO BENCANA: disasters are part of daily life dan dg alamat url: http://hidupbersamabencana.wordpress.com/

Utk saat ini masih menggunakan fasilitas gratisan di WordPress. Nanti bila memungkinkan (ada dana dan akses pengunjung yg cukup tinggi), maka akan dibuat di tempat yg lebih bagus dan template yg mandiri.

Semoga berguna

salam,
djuni