Buku Objektivitas Berita Lingkungan-- Jurnalistik Berkelanjutan
From: novi yanti
-------------------------------------------
Kepada Yth Teman-teman wartawan, LSM, praktisi humas,
mahasiswa dan lainnya
Saya Andi Noviriyanti, baru saja merampungkan buku
saya yang berjudul Objektivitas Berita Lingkungan --
Jurnalistik Berkelanjutan, akhir bulan ini akan
meluncurkan dan membedah buku tersebut di Jakarta.
Saya ingin mengajak teman-teman semua untuk dapat
memberikan masukan dan membedah isi buku tersebut.
Yang waktu dan tempatnya akan saya informasikan lebih
lanjut.
Saya juga akan mengirimkan buku itu kepada organisasi
wartawan se Indonesia dan himpunan mahasiswa
jurnalistik serta rekan-rekan wartawan yang bersedia
membantu membuat resensi buku saya di medianya
masing-masing.
Untuk keperluan itu, saya sangat berharap bagi
teman-teman yang berminat untuk hadir dan mendapatkan
buku itu agar mau mengirimkan alamat atau kontaknya ke
saya melalui email novi792000@yahoo.com. Agar pada
saat peluncuran dan bedah buku itu dapat saya undang
atau saya kirimkan. Data itu sekaligus berguna bagi
saya untuk menyiapkan seberapa banyak buku yang bisa
saya berikan secara cuma-cuma.
Komentar mereka tentang buku saya
...Hal yang lebih penting adalah keberpihakan yang
tidak membabi-buta, yaitu tetap menjunjung tinggi
nilai-nilai objektivitas terhadap suatu pemberitaan.
Rachmat Witoelar, Menteri Negara Lingkungan Hidup
Buku yang merupakan hasil penelitian tentang
pelanggaran terhadap obyektivitas berita-berita
lingkungan ini, juga bisa membantu wartawan agar
membuat berita yang tidak membabi-buta dalam
memperjuangkan kelestarian lingkungan melalui suara
medianya.
Ismid Hadad, Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI
Buku ini membuktikan menjadi jurnalis lingkungan tidak
semudah menyalin siar an pers menjadi berita.
Hary Surjadi, Direktur Eksekutif SIEJ
Dengan objektivitas sebagai pisau analisisnya, penulis
buku ini mengajak para wartawan menulis di tengah,
cara menulis yang menyandarkan kredibilitasnya kepada
kaidah-kaidah jurnalistik yang baik, sembari tetap
memelihara skeptisisme.
IGG Maha Adi, Editor National Geographic Indonesia
Sisi lain kehadiran buku ini, juga adalah semacam
upaya untuk kembali mengingatkan dunia media atau
persisnya binis media, agar aspek spesialisasi dalam
peliputan, editorial dan lainnya, adalah keniscayaan.
Rida K. Liamsi, CEO Riau Pos Group
Buku ini adalah oto kritik yang dialamatkan kepada
pemberitaan yang kurang menampilkan data akurat, valid
dan yang tak dapat dipertanggungjawabkan.
HM Rusli Zainal, Gubernur Provinsi Riau
Ringkasan isi buku
Catatan Penulis
Menggambarkan bagaimana sebuah berita lingkungan
yang tidak objektif telah mengguncang seorang
perempuan yang suaminya diberitakan terlibat illegal
logging
-Latar belakang penulisan buku
Tujuh Pelanggaran Objektivitas Berita Lingkungan
-Berita yang menyesatkan (Contoh diambil dari berita
yang dimuat di Riau Pos, Media Indonesia dan Kompas)
-Terjebak siaran pers (Contoh diambil dari berita
yang dimuat di situs www.riauterkini.com, Media
Indonesia, dan Kompas)
-Kronologis kejadian sebenarnya tentang penangkapan
dan kematian seekor gajah di Balai Raja Kabupaten
Bengkalis
-Skeptisme Wartawan yang bisa menghindari wartawan
melakukan tujuh pelanggaran objektivitas berita
lingkungan
-Tujuh pelanggaran objektivitas yang dimaksud adalah
memasukkan istilah dan definisi yang menyesatkan,
membuat berita yang tidak berimbang, memasukkan opini
sebagai berita, mengurangi informasi dan konteks yang
ada sehingga dapat mengubah cerita yang sebenarnya,
selektif menghilangkan berita tertentu dengan maksud
memanipulasi sentimen publik, menggunakan fakta yang
benar untuk menggambarkan kesimpulan yang salah,
distorsi fakta yaitu tidak memeriksa informasi dari
sumber yang tepat.
Objektivitas Berita Lingkungan
-Menjelaskan Metoda Hayakawa-Lowry dan Metoda Ida
serta contoh-contoh kasusnya
-Metoda Hayakawa-Lowry mengukur objektivitas berita
dengan memperlihatkan seberapa banyak kalimat laporan
(informasi faktual berdasarkan data dan fakta),
kalimat intepretasi (pernyataan yang tidak jelas
dasarnya), dan kalimat keputusan (opini narasumber dan
wartawan) hadir dalam suatu berita
-Metoda Ida mengukur objektivitas dengan parameter
akurasi, ketidakberpihakan, dan validitas. Akurasi
diukur dengan melihat kesesuaian judul dan isi berita,
pencantuman waktu, adanya data pendukung, dan
faktualitas berita. Ketidakberpihakan diukur dari
sumber berita seimbang tidak seimbang. Validitas
diukur dari sumber berita jelas atau tidak jelas
(anonim) dan kompetensi
Jurnalistik Berkelanjutan
-Tidak ada alasan untuk membuat berita yang tidak
objektif apalagi dengan alasan demi membela
lingkungan.
-Jurnalistik berkelanjutan adalah Pertama,
jurnalistik harus menggabungkan aspek terbaik dari
jurnalistik tradisional, yaitu penelitian yang pintar,
bahasa yang tepat dan pemberitaan yang berimbang.
Kedua, jurnalistik berusaha keras mendidik masyarakat
tentang pentingnya pembangunan yang berkelanjutan.
Ketiga, jurnalistik mendorong dialog antarmasyarakat
untuk menemukan solusi.
-------------------------------------------
Kepada Yth Teman-teman wartawan, LSM, praktisi humas,
mahasiswa dan lainnya
Saya Andi Noviriyanti, baru saja merampungkan buku
saya yang berjudul Objektivitas Berita Lingkungan --
Jurnalistik Berkelanjutan, akhir bulan ini akan
meluncurkan dan membedah buku tersebut di Jakarta.
Saya ingin mengajak teman-teman semua untuk dapat
memberikan masukan dan membedah isi buku tersebut.
Yang waktu dan tempatnya akan saya informasikan lebih
lanjut.
Saya juga akan mengirimkan buku itu kepada organisasi
wartawan se Indonesia dan himpunan mahasiswa
jurnalistik serta rekan-rekan wartawan yang bersedia
membantu membuat resensi buku saya di medianya
masing-masing.
Untuk keperluan itu, saya sangat berharap bagi
teman-teman yang berminat untuk hadir dan mendapatkan
buku itu agar mau mengirimkan alamat atau kontaknya ke
saya melalui email novi792000@yahoo.com. Agar pada
saat peluncuran dan bedah buku itu dapat saya undang
atau saya kirimkan. Data itu sekaligus berguna bagi
saya untuk menyiapkan seberapa banyak buku yang bisa
saya berikan secara cuma-cuma.
Komentar mereka tentang buku saya
...Hal yang lebih penting adalah keberpihakan yang
tidak membabi-buta, yaitu tetap menjunjung tinggi
nilai-nilai objektivitas terhadap suatu pemberitaan.
Rachmat Witoelar, Menteri Negara Lingkungan Hidup
Buku yang merupakan hasil penelitian tentang
pelanggaran terhadap obyektivitas berita-berita
lingkungan ini, juga bisa membantu wartawan agar
membuat berita yang tidak membabi-buta dalam
memperjuangkan kelestarian lingkungan melalui suara
medianya.
Ismid Hadad, Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI
Buku ini membuktikan menjadi jurnalis lingkungan tidak
semudah menyalin siar an pers menjadi berita.
Hary Surjadi, Direktur Eksekutif SIEJ
Dengan objektivitas sebagai pisau analisisnya, penulis
buku ini mengajak para wartawan menulis di tengah,
cara menulis yang menyandarkan kredibilitasnya kepada
kaidah-kaidah jurnalistik yang baik, sembari tetap
memelihara skeptisisme.
IGG Maha Adi, Editor National Geographic Indonesia
Sisi lain kehadiran buku ini, juga adalah semacam
upaya untuk kembali mengingatkan dunia media atau
persisnya binis media, agar aspek spesialisasi dalam
peliputan, editorial dan lainnya, adalah keniscayaan.
Rida K. Liamsi, CEO Riau Pos Group
Buku ini adalah oto kritik yang dialamatkan kepada
pemberitaan yang kurang menampilkan data akurat, valid
dan yang tak dapat dipertanggungjawabkan.
HM Rusli Zainal, Gubernur Provinsi Riau
Ringkasan isi buku
Catatan Penulis
Menggambarkan bagaimana sebuah berita lingkungan
yang tidak objektif telah mengguncang seorang
perempuan yang suaminya diberitakan terlibat illegal
logging
-Latar belakang penulisan buku
Tujuh Pelanggaran Objektivitas Berita Lingkungan
-Berita yang menyesatkan (Contoh diambil dari berita
yang dimuat di Riau Pos, Media Indonesia dan Kompas)
-Terjebak siaran pers (Contoh diambil dari berita
yang dimuat di situs www.riauterkini.com, Media
Indonesia, dan Kompas)
-Kronologis kejadian sebenarnya tentang penangkapan
dan kematian seekor gajah di Balai Raja Kabupaten
Bengkalis
-Skeptisme Wartawan yang bisa menghindari wartawan
melakukan tujuh pelanggaran objektivitas berita
lingkungan
-Tujuh pelanggaran objektivitas yang dimaksud adalah
memasukkan istilah dan definisi yang menyesatkan,
membuat berita yang tidak berimbang, memasukkan opini
sebagai berita, mengurangi informasi dan konteks yang
ada sehingga dapat mengubah cerita yang sebenarnya,
selektif menghilangkan berita tertentu dengan maksud
memanipulasi sentimen publik, menggunakan fakta yang
benar untuk menggambarkan kesimpulan yang salah,
distorsi fakta yaitu tidak memeriksa informasi dari
sumber yang tepat.
Objektivitas Berita Lingkungan
-Menjelaskan Metoda Hayakawa-Lowry dan Metoda Ida
serta contoh-contoh kasusnya
-Metoda Hayakawa-Lowry mengukur objektivitas berita
dengan memperlihatkan seberapa banyak kalimat laporan
(informasi faktual berdasarkan data dan fakta),
kalimat intepretasi (pernyataan yang tidak jelas
dasarnya), dan kalimat keputusan (opini narasumber dan
wartawan) hadir dalam suatu berita
-Metoda Ida mengukur objektivitas dengan parameter
akurasi, ketidakberpihakan, dan validitas. Akurasi
diukur dengan melihat kesesuaian judul dan isi berita,
pencantuman waktu, adanya data pendukung, dan
faktualitas berita. Ketidakberpihakan diukur dari
sumber berita seimbang tidak seimbang. Validitas
diukur dari sumber berita jelas atau tidak jelas
(anonim) dan kompetensi
Jurnalistik Berkelanjutan
-Tidak ada alasan untuk membuat berita yang tidak
objektif apalagi dengan alasan demi membela
lingkungan.
-Jurnalistik berkelanjutan adalah Pertama,
jurnalistik harus menggabungkan aspek terbaik dari
jurnalistik tradisional, yaitu penelitian yang pintar,
bahasa yang tepat dan pemberitaan yang berimbang.
Kedua, jurnalistik berusaha keras mendidik masyarakat
tentang pentingnya pembangunan yang berkelanjutan.
Ketiga, jurnalistik mendorong dialog antarmasyarakat
untuk menemukan solusi.
<< Home